Sunday, October 30, 2005

Sepi, Pasar Malam Indonesia di Pasar Ternak

RAKYAT MERDEKA, Minggu, 18 September 2005

Laporan Wartawan Rakyat Merdeka Dari Belanda

Sepi, Pasar Malam Indonesia di Pasar Ternak

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag (Belanda) bekerjasama dengan Mantouw Production (Breda, Belanda) dan Transa Tours and Travel (Jakarta, Indonesia) telah menggelar Forum Bisnis Indonesia 2005 dan Pasar Malam Internasional mulai 31 Agustus hingga 4 September di Den Haag dan antara 7 hingga 11 September di Utrecht.
Khusus mengenai Forum Bisnis Indonesia, yang membahas pertanyaan seputar iklim investasi, ekspor-impor, interaksi bisnis dan temu usaha yang menampilkan pengusaha Indonesia dan Belanda serta Badan Pemerintahan kedua negara berlangsung sesuai rencana.

Tujuan diselenggarakannya Forum Bisnis Indonesia dan Pasar Malam Internasional ini, menurut panitia penyelenggaranya adalah untuk meningkatkan daya tarik berinvestasi di berbagai daerah di Indonesia, memperluas peluang investasi bagi penanaman modal asing, meningkatkan peran dunia usaha dan pelaku usaha serta mengembangkan jaringan kerjasama dan komunikasi antar pelaku usaha dan instansi pemerintah terkait.
Sayangnya, harapan bahwa Pasar Malam Internasional dihadiri pembeli potensial dari berbagai penjuru Belanda dan negara-negara Eropa lainnya hanyalah tinggal harapan.

Tanpa mengurangi arti kerja keras panitia penyelenggara, Pasar Malam Internasional, yangdiselenggarakan baik di Den Haag maupun di Utrecht, bisa dirasakan bagaimana sepinya pengunjung. Dilihat dari segi besarnya jumlah pengunjung ini, jelas Pasar Malam Internasional tidak sesuai harapan. Jika Pasar Malam Internasional sepi pengunjung, bisa dipastikan uang masuk tak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut.
Menurut keterangan yang diperoleh Rakyat Merdeka, sewa gedung bagi terselenggaranya Pasar Malam Internasional di Den Haag Congres Gebouw (NCC) itu saja sekitar 60 ribu Euro. Dari tanggal 31 Agustus sampai dengan tanggal 4 September, jumlah keseluruhan pengunjungnya tidak lebih dari 4.000 orang. Dengan harga tiket masuk untuk orang dewasa sebesar 8,50 Euro bisa dihitung berapa jumlah seluruh pemasukkannya.
Demikian juga gambaran jumlah pengunjung di Pasar Malam Internasional di Utrecht (7 hingga 11 September 2005) tak jauh berbeda. Lalu, bagaimana kerugian yang diderita para peserta (terutama produsen atau pengusaha UKM) di Pasar Malam Internasional tersebut?

Dari bincang-bincang Rakyat Merdeka dengan sepuluh peserta/pengusaha kecil Pasar Malam Internasional tersebut terdapat gambaran jelas jumlah kerugian material. Salah seorang dari tiga pengusaha perorangan UKM yang menjadi peserta Pasar Malam Internasional di Den Haag dan Utrecht mengungkapkan, ongkos pengeluaran keikutsertaan mereka dalam kegiatan dimaksud berjumlah sekitar 20.000 Euro, sedang pemasukkannya tidak lebih dari 4.000 ribu Euro. Sayangnya, menurut peserta tersebut, dalam "Forum Bisnis Indonesia", sebagai para pengusaha juga tidak menemukan buyers (para pembeli) yang diharapkan. "Keikutsertaan kami dalam Pasar Malam Internasional ini untuk pertama kali dan terakhir kalinya", tegas pengusaha UKM tersebut. Pendapat yang sama juga dikemukakan beberapa peserta yang dikoordinasi Kementrian Kooperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dan Bank Mandiri.

Khusus gambaran mengenai Pasar Malam Internasional di Den Haag dan Utrecht, bisa disimak surat yang ditujukan kepada Kepala Perwakilan Republik Indonesia Untuk Kerajaan Belanda, yang tembusannya juga diterima oleh Rakyat Merdeka, yang petikan isinya sebagai berikut (kutipan disederhanakan -red): Sehubungan sepinya pengunjung pada Indonesian Business Forum and Pasar Malam (IBFPM) yang diselenggarakan di Den Haag dan Utrecht pada tanggal 31 Agustus hingga 9 September 2005, kami telah membentuk tim kecil yang dihadiri wakil masing-masing peserta IBFPM telah membahas masalah yang timbul dan sepakat mengajukan keberatan sebagai berikut:

Pertama, pada pertemuan terakhir dengan Ketua Penyelenggara Bapak Djauhari pada 3 September, beliau menjanjikan, pada pameran di Utrecht akan lebih baik dan banyak pengunjung dibanding di Den Haag. Namun kenyataannya kami sangat kecewa.
Kedua, lokasi pameran sangat tidak representatif sebagai tempat bisnis forum, karena sepengetahuan kami lokasi tersebut tempat jual beli ternak sesuai namanya Veemarkt (pasar ternak), sehingga beberapa buyer membatalkan rencana pertemuan dengan kami. Hal ini dibuktikan dengan bau yang menyengat di lokasi pameran.
Ketiga, program IBF dan Pasar Malam tidak berjalan sesuai jadwal, antara lain karena panitia tidak hadir tepat waktu pada 8 September 2005 pukul 11.00 waktu setempat, yang mana akan dilakukan business matchmaking antara 18 pengusaha Belanda dengan IBFPM, sehingga acara tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
Keempat, panitia penyelenggara tidak profesional, terbukti sebagai berikut: pembagian stand tidak sesuai rencana semula sehingga kami harus berebut sesama peserta; fasilitas tidak sesuai yang dijanjikan; terjadinya insiden antara Mantouw Production dengan salah satu binaan BKPM pada tanggal 8 September 2005, yaitu Mantouw Production mengusir salah satu binaan BKPM, saat beliau protes ruangan berbau ternak.
Kelima, Mantouw Production yaitu saudara Boy Mantouw telah menjanjikan secara lisan potongan sebesar 50% jika pengunjung sepi hal ini disaksikan beberapa peserta IBFPM, dan Keenam, dengan tidak profesionalnya panitia penyelenggara maka berdampak sangat besar terhadap volume penjualan sehingga kami menderita kerugian.

Berdasarkan hal tersebut di atas, para peserta pameran sepakat menuntut pihak penyelenggara untuk memenuhi janji dengan memberikan kompensasi pengembalian sebesar 50 persen atas sewa stand, dan penyelenggara mengurus dan menanggung segala biaya baik dokumen, pajak-pajak serta biaya pengembalian barang-barang ke Indonesia.

Catatan mengenai Forum Bisnis Indonesia dan Pasar Malam Internasional ini hanya untuk menggambarkan secara obyektif dan masukan bagi siapa saja yang akan melakukan kegiatan internasional serupa, di bidang bisnis dan perdagangan, dalam rangka "meningkatkan daya tarik berinvestasi di berbagai daerah di Indonesia, memperluas peluang investasi bagi penanaman modal asing, meningkatkan peran dunia usaha dan pelaku usaha serta mengembangkan jaringan kerjasama dan komunikasi antar pelaku usaha dan instansi pemerintah terkait".
(A Supardi Adiwidjaya)


Box terpisah:
Kesepakatan Selama IBF/Pasar Malam:
1. Kontrak kerjasama penanaman modal antara perusahaan Belanda dengan perusahaan di Indonesia untuk memproduksi peralatan pemadam kebakaran, yang kemudianakan diekspor ke pasar luar negeri.
2. Kesepakatan kerjasama pembuatan tilpun genggam antara perusahaan Belanda dan perusahaan Indonesia di Bekasi.
3. Penandatangan kontrak kerjasama antara Pemda Maluku dan perusahaan Belanda untuk pengalengan ikan tuna di Maluku.
4. Penandatanganan kontrak di bidang usaha udang antara Pemda Maluku dan pengusaha Belanda.
5. Kesepakatan kerjasama di bidang perhotelan antara pengusaha Belanda dan Pengusaha di Sleman.
6. Kesepakatan kerjasama di bidang industri telpon genggam antara pengusaha Belanda dan pengusaha di Bekasi.
7. Kerjasama pengembangan holtikultura /agro-bisnis perkebunan pisang antara Pemda Sorong dan Universitas Wageningen.
8. Kesepakatan antara Pemda Sorong dan pengusaha Belanda untuk pembangunan (investasi) rumah sakit di Sorong; Kesepakatan antara Pemda Sorong dengan Da Vinci College, Dordrecht, untuk mengembangkan kerjasama pendidikan kejuruan di bidang ekonomi dan pariwisata di Sorong.
9. Penandatanganan kontrak antara Pemda Jayapura danWMD (Perusahaan Air Minum Belanda).(ASA)


Dalam box:
Hasil Kunjungan Delegasi IBF Indonesia ke Trade Marketdi Utrecht:
1. Kunjungan delegasi IBF (Kementrian Koperasi danUKM) Indonesia ke CBI (Lembaga promosi impor Belandadari Negara-negara berkembang) di Rotterdam. Hasil sementara dari kunjungan ini adalah pihak CBI akan membantu mempromosikan produk-produk UKM Indonesia diBelanda.
2. Kunjungan delegasi IBF Indonesia ke DepartemenKesehatan Belanda di Den Haag. Hasil sementara darikunjungan ini adalah adanya tawaran dari pihak Belandauntuk kerjasama pelatihan bagi perawat Indonesia, dengan sertifikat yang disetarakan dengan standardAmerika Serikat, Inggris, dan Australia.
3. Kunjungan delegasi IBF Indonesia ke pelelangan ikandi Urk dan Vlissingen. Hasil sementara, rencanakunjungan delegasi Koperasi Perikanan Urk ke Maluku dan Sorong untuk merealisasikan kerjasama di bidang kelautan dan perikanan.
4. Kunjungan delegasi IBF Indonesia ke WMD (Perusahaan Air Minum Belanda) di Drente dan Arsen. Hasil sementara kunjungan ini adalah rencana alih teknologi penyediaan air bersih dari WMD ke 10 kota di wilayah Indonesia bagian Timur.(ASA)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home