Sunday, April 08, 2007

Pelukis Indonesia Mentas Di Jantung Belgia

http://www.rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/?pilih=lihat&id=35765
Rakyat Merdeka, Minggu, 08 April 2007, 11:01:19

Pelukis Indonesia Mentas Di Jantung Belgia

Jembatan Dialog Budaya & Persahabatan Internasional

Kamis, ( 5/4) lalu, KBRI Brussel bekerjasama dengan ‘Belgian–Indonesian Foundation for Cultural Promotion’’(BIFC Promotion) menggelar pameran lukisan berjudul “Voice of Peace : From Bali to the World” bertempat di hotel Thon Brussel City Centre, Belgia.

PAMERAN lukisan ini akan berlangsung hingga 9 April. BIFC Promotion, yang diketuai Diah Rusmadewi, mempunyai misi meningkatkan kerjasama da­lam bidang promosi budaya antara masyarakat Belgia–Indone­sia. Salah satu ak­ti­vi­tas­nya adal­ah pe­nye­lengg­araan pa­meran lukisan ini.

Digelarnya pameran lukisan ini di Thon Brussel City Centre tidak kebetulan. Thon Brussel berada di jantung pertokoan kota Brussel, tepatnya di Av. du Boulevard, 17. Lokasinya dekat tempat organisasi internasional seperti WCO (World Customs Organization), World Trade Center, 5 KM dari Komisi Eropa dan 1 km dari Atomium (landmark Brussel). Letaknya strategis sehingga sering di­gu­nakan orang untuk makan-makan di restorannya dan sauna (hotel Thon mempunya ruangan sauna terluas di Belgia) selepas kerja. Dengan demikian diha­rapkan, pameran lukisan menarik perhatian pengunjung dalam jumlah yang besar.

Sebanyak 40-an lukisan karya anak bangsa dipamerkan, seperti karya Nyoman Gunarsa, I Nyoman Mandra, I Wayan Sadia, Ida Bagus Made Arki, Ida Bagus Ketut Langkia, I Ketut Soki, I Wayan Bendi, I Made Wiradana dan pelukis-pelukis berbakat lainnya bertaraf internasional. Pelukis-pelukis yang menjadi peserta pameran lukisan ini tergabung dalam komunitas perupa ‘Tamiang Bali’ mewakili keragaman, keunggulan lukisan-lukisan dari “pulau Dewata”yang dipa­mer­kan. Karya-karya lukisan yang ditampilkan di pameran kali ini me­mang kebanyakan adalah karya pelukis Bali, tapi ada juga ditampilkan lukisan karya dari pelukis kondang Abas Ali­basyah.

Nadjib Riphat Kesoema, Duta Besar RI untuk Kerajaan Belgia, Keharyapatihan Luk­sem­burg dan Uni Eropa, me­res­mikan pembukaan pameran lukisan ini. Dubes Nadjib Rip­­hat Kesoema menyatakan, budaya memainkan peranan penting dalam membangun keterikatan, kebersamaan antara masyarakat yang mempunyai per­bedaan kepentingan eko­no­mi maupun politik. Saat ke­pen­tingan ekonomi dan politik da­pat menyemai konflik dan kon­tro­ver­si, budaya menyatukan mas­­ya­rakat dan membuat mas­ya­rakat saling menghormati. “Ini merupakan ajang bagi pelukis dan artis Belgia dan Indonesia un­tuk bekerjasama dan me­ningkatkan hubungan kedua negara yang sudah terjalin baik”, ujar Nadjib Riphat.

Pameran ini dihadiri para Duta Besar ASEAN, Duta Besar negara sahabat, pejabat Kemlu Belgia, pejabat Komisi UE, para kolektor lukisan, kurator museum, peminat seni, para pen­gusaha dan kalangan media setempat. Beberapa tamu VIP dipersilakan melemparkan easter-egg berisi tinta (telur ayam puyuh yang isinya dike­luarkan lalu diisi tinta) ke atas canvas kosong. Setelah itu salah seo­rang pelukis melanjut­kan untuk melukis di atas kan­vas tersebut yang akan di­tun-
j­ukkan (on display) pada 9 April.

“Pameran lukisan ini me­m­punyai makna tersendiri ka­rena bukan hanya menunj­ukkan karya seni, tetapi lebih menun­juk­kan bagaimana sosok Indone­sia. Peningkatan citra Indonesia di mata dunia adalah dari hal-hal yang seperti ini (pa­me­ran, festival budaya, ma­kanan) karena dampaknya akan langsung terasa di mata mas­yarakat Belgia”, ujar Herbhayu (A­tase/Pensosbud KBRI Brussel) dalam bincang-bin­cangnya dengan wartawan Rak­yat Merdeka. Karya lukisan dari pelukis Indonesia, lanjut Herbhayu, tidak hanya memiliki tempat di tanah air tapi lebih dari itu, memiliki peran tersendiri di manca negara. Lukisan Indonesia menjadi jembatan bagi dialog antar budaya, persahabatan dan pergaulan internasional maupun pemahaman terhadap Indonesia.

Nama besar pelukis Indonesia menjadi saksi hidup, men­jadi duta Indonesia di manca ne­gara yang mengantarkan Indonesia menjadi tidak hanya dikenal tapi juga dicintai dengan apresiasi yang amat tinggi.

Goresan, warna, tekstur, perspektif dan kompisisi bahkan tema lukisan itu, menjadi idiom kebangsaan yang khas, yang mengungkap nilai-nilai universal kemanusiaan, keindahan dan cinta kasih yang amat dibutuhkan dalam pergaulan antar bangsa. Lukisan, selain menjadi jembatan daya pikat kita di Eropa ini, juga menjadi wahana pendorong kerjasama antar kelompok masyarakat Indonesia dan Belgia. “Pameran lukisan seperti ini merupakan wahana menga­presiasi budaya Indonesia ter­utama dalam hal karya seni lu­kis. Diharapkan kegiatan pa­meran ini juga akan me­num­buhkembangkan keinginan masyarakat Belgia berkunjung ke Indonesia sebagai salah satu tujuan pariwisata”, tutur Her­bhayu menutup bincang-bin­cangnya dengan Rakyat Mer­deka. RM

A. Supardi Adiwidjaya